Thursday, November 24, 2011

Smooth Butter Cake

Aku rada milih2 kalo urusan tekstur kue. Nggak suka yang empuk sekali sampai terasa gembos kalau digigit, nggak suka juga yang terlalu padat dan keras. Pas buka-buka bukunya Mbak Peni, nemu satu resep dan aku putuskan untuk nyoba. Pas di bagian susu cair, karena lagi nggak punya, aku ganti dengan susu kental manis lalu di bagian gula aku kurangi sedikit.
Buttercake
Buttercake ini juara. Rasanya enak, manisnya sedang, teksturnya halus, nggak padat tapi mantap digigit dan cukup mengenyangkan. Kalo mau makin wangi menteganya bisa dicampur dengan Wisjman sedikit. Aku simpan beberapa biji sampai 2 hari (taruh di Tupperware dan masuk kulkas bawah), pas mau dimakan aku panaskan sebentar di microwave. Hasilnya tetap enak seperti buttercake yang baru matang. Naomi dan hubby doyan banget.

Seperti buttercake pada umumnya, setelah dibiarkan beberapa jam, permukaan cake ini menjadi basah dan jika tertempel tangan / sendok kulitnya akan lepas. Cara mengatasi bisa dengan setelah cake matang dinaikkan ke rak atas dan dikeringkan selama 2 menit panas 180 °C (pake api bawah saja) sampai permukaan cake menjadi lebih coklat, bisa dengan memanaskan cake kembali (reheat) di microwave atau oven. Untukku karena cake ini kupakai sebagai cupcake dan permukaannya akan dihias, masalah permukaan cake yang menjadi basah tidak menjadi soal. Tinggal poles sedikit dengan buttercream, beres.

Jika lagi perlu macam-macam variasi resep untuk cupcake, aku sarankan beli buku yang judulnya 3 Jam Mahir Membuat dan Menghias Cupcake & Mini Cake ini. Totally worth it. (st)

SMOOTH BUTTER CAKE
:: Resep: Peni Respati ::
Buttercake
Bahan2:
300 gram  Mentega / margarin
150 gram  Gula pasir halus
8 buah  Kuning telur
250 gram  Tepung protein sedang
25 gram  Tepung maizena
1 sdt  Baking powder double acting
50 ml  Susu cair (aku ganti SKM yang diencerkan dengan air)
6 butir  Putih telur
50 gram  Gula pasir halus (aku kurangi sedikit karena adanya pemakaian SKM)
1/2 sdt  Pasta vanila (aku skip, ganti dengan vanila bubuk)

Cara Membuat:
1) Kocok mentega dan 150 gram gula pasir hingga lembut
2) Tambahkan kuning telur satu per satu, kocok hingga tercampur rata
3) Masukkan tepung terigu, maizena dan baking powder sambil diayak. Lakukan secara bergantian dengan susu cair. Kocok hingga rata.
4) Di tempat terpisah, kocok putih telur dan 50 gram gula pasir. Masukkan ke dalam adonan tepung terigu, aduk rata.
5) Terakhir tambahkan esens vanila, aduk rata
6) Masukkan adonan ke dalam loyang cupcake atau minicake yang telah dilapisi kertas roti (aku pake loyang cupcake satuan, dipoles dengan carlo, tanpa kertas roti). Isi 3/4 bagian loyang atau papercup, kemudian panggang adonan di dalam oven paha suhu 160 °C selama 30 menit (tambahanku: lanjutkan dengan memindah loyang ke rak atas dan lanjutkan memanggang dengan panas 180 °C selama dua menit untuk mengeringkan permukaan cake). Cupcake atau mini cake siap untuk dihias.
7) Hasil: 24 buah cup ukuran standar atau 1 loyang ukuran 20 x 20 x 7 cm (aku cuman jadi 16 biji karena bikin ukuran jumbo untuk ditaruh di cup momma).

Thanks buat bukunya ya Mbak Peni. Berguna banget!

Paiton, 25 November 2011

(Ini Bukan) Saos X.O.

Bolak balik aku mendengar mengenai kedahsyatan rasa saos X.O. dari testimoni dan blog teman-teman. Sudah agak lama aku mencicil membeli ebi dan teri medan yang menjadi salah satu bahan bakunya. Pada akhir pekan yang kurencanakan untuk membuat saos ini ternyataaaaa ..... teri medannya sudah dipake! Huhuhuhu.

Berhubung bawang merah dan putih sudah dikupas, aku putuskan untuk melanjutkan percobaan. Teri medan diganti dengan ikan asin. Hihihi, nekad ya.

Dan setelah jadi, dicicipi, dicoba untuk dijadikan bumbu nasi goreng, jelaslah sudah. Ini BUKAN saos X.O.! *tarik-nafas-panjaaaang-keluarkan-huh-hah-huh-hah

Foto ini kupasang ini untuk kenang-kenangan. Semoga dalam waktu dekat bisa bikin saos X.O. yang beneran.

Paiton, 24 November 2011

Monday, November 21, 2011

Wedding Cupcake Set ~ Delivered to Bondowoso

Ini orderan dari Mbak Aya di Jakarta untuk dikirim ke kerabatnya di Bondowoso. Dekor yang diminta mirip dengan anniversary cupcake yang dulu pernah aku posting sebelumnya.

Berangkatnya ke Bondowoso molor dari jadwal. Akhirnya beberapa menit sebelum pukul 12 siang kami nyampe di lokasi acara. Ajegile, hujannya deressss. Pake angin bertiup kencang segala. Untunglah akhirnya bisa sampai ke yang bersangkutan tepat waktu.
Cupcake Set

Pulang dari ngantar cupcake, kami kelaparan. Nemu Depot Jojo yang jual mie pelangi, nasi iga bakar, dan nasi bebek enak. Hasil bakulan langsung ludes buat makan2 nih hahaha.

Untuk Mbak Aya makasih banyak buat orderannya ya. Semoga bisa jadi langganan ke depannya. Buat yang merit, selamat menempuh hidup baru, semoga berbahagia.

Paiton, 21 November 2011

Black Forest Gold Coins

Ini orderan black forest yang kesekian dua bulan terakhir ini. Habis ini kudu kulakan dark cherry. Lariss maniss tanjung kimpul :) 

Berikut variasi lain dari black forest. Meskipun standarnya adalah coklat serut dan cherry, rasanya nggak puas kalau belum memberikan tampilan yang beda.

Orderan ini mendadak banget. Ditelpon magrib untuk diambil besoknya. Besok-besok nggak pake mendadak yaa. Bakul kuenya tjapek begadang hua hua hua.
BF Mitsui-02a
Semoga sukses selalu yaa.

Paiton, 21 November 2011


Muffin Sultana

Barusan nitip beli sultana oleh Mbak Chandra di Toko Hokky Jemursari Surabaya (thanks ya Butet). Setelah diterima dan diamat-amati, nggak terlalu jauh beda dengan kismis biasa ya. Masih bingung mengapa kismis disebut kismis dan sultana disebut kismis sultana.

Kebetulan teman kantor lagi craving makan muffin dan pesan selusin, mintanya yang kuning aja (nggak mau pake coklat) dan diisi sultana atau sebangsanya. Aku masih pake resep muffinnya alm Ruri. Setelah kucek, ternyata resep ini belum pernah aku share di blog ini ya. Yang pernah aku tulis yang sudah dimodifikasi dengan keju dan choco chip.

Foto aku bikin pukul setengah 6 sore. Sinar matahari sudah redup tapi masih ketolong karena pake reflektor dan cermin dan tripod. Sengaja pake ISO 100, lagi pengen yang ekstrim hehe. Exposure 0,5 detik (kalo nggak pake tripod nggak mungkin, pasti goyang dombret) dan F/3.2. Cuman sayang lokasi motoku (di teras) memiliki dua sumber cahaya (baca: lampu teras) jadi bayangannya jadi dobel, kelihatan agak aneh.

Ohya, untuk yang perlu resepnya aku tulis ulang di bawah ya. (st)

Muffin Sultana
Sumber: blognya alm Ruri 

Bahan:
350 gram Tepung terigu protein sedang
230 gram Butter unsalted  
110 cc Air
2 gr Garam
200 gram Telur utuh (± 4 butir)
300 gram Gula pasir
8 gram Baking powder
Tambahanku: 50 gram Sultana

Cara Membuat:
1) Rebus butter, air dan garam sampai mendidih.
2) Masukkan adonan tepung ke baskom mixer. Kucuri adonan tepung dengan adonan butter panas sedikit demi sedikit sambil dimixer
3) Masukkan telur satu per satu sambil tetap dimixer
4) Campur gula dan baking powder di wadah terpisah hingga rata, masukkan ke adonan, mixer hingga rata
5) Tuangkan ke loyang muffin yang telah diberi alas paper cup.
6) Taburi dengan sultana yang sudah dilumuri sedikit terigu
7) Oven selama 25 menit pada suhu tinggu (200 °C).
Hasil: 19 buah cup ukuran kecil

Saturday, November 19, 2011

Gong Bao Ji Ding (Chicken with Dried Chillies)

Efek Chinese Food Week NCC masih terasa di rumah. Siang ini kami makan siang dengan menu "Gong Bao Ji Ding" alias ayam masak cabe kering. Resepnya aku copas dari setorannya Lany. Makasih ya, Mbak.

Karena nggak punya arak merah (ang ciu), aku pake cuka apel (merk Kusuma Agrowisata). Aslinya cuka apel ini dipakai untuk pengobatan sakit tenggorokan, asma, ginjal, kandung kemih dan tekanan darah tinggi (paling nggak menurut brosurnya sih). Aku senang banget waktu baca resep ini juga butuh cuka beras karena sudah lama beli tapi nggak tahu mau dipake apa. Daun bawang aku skip karena di rumah jarang nyetok.
Gong Bao Ji Ding (Chicken with Dried Chillies)

Rasanya? Kayak chinese food ala depot banget. Padahal bahan2nya sama aja dengan yang biasa dipake untuk masakan rumahan. Rupanya teknik masak dengan api besar dan penambahan saus memang membuat perbedaan besar. Bumbunya nggak berasa 'medok', lamat2 saja. Ayamnya masih juicy, empuk. Kekurangannya, kalau sudah dingin nggak terlalu nikmat lagi jadi memang harus dimakan panas2.

Jangan terintimidasi dengan judulnya yang kayak 'susah' ya. Bikinnya nggak sesulit namanya. (st)

GONG BAO JI DING
Sumber: The Food of Asia terbitan Periplus, dikutip oleh Lany Rosdiana
Gong Bao Ji Ding (Chicken with Dried Chillies)

Bahan-bahan:
500 gram  Dada ayam, potong ukuran 1/2 x 2 cm
½ sdt  Garam
1 buah  Putih telur
2 sdm  Ang ciu (aku ganti cuka apel Kusuma)
2 sdt  Maizena
Minyak untuk menggoreng &menumis bumbu
1 sdt  Bawang putih, cincang halus
1 sdt  Jahe, cincang halus
1 sdm  Kecap asin (aku pake merk Pearl Bridge River)
1 sdm  Cuka beras (aku pake merk Blue Elephant, made in Thailand)
1 sdt  Gula
2-3 buah  Cabe kering, iris 1 cm, goreng hingga renyah dan kecoklatan
1 sdm  Daun bawang iris tipis (aku skip)
2 sdm  Kacang tanah goreng tanpa kulit

Cara membuat:
1) Lumuri potongan ayam dengan garam, putih telur, ang ciu (aku: cuka apel), dan maizena. Sisihkan selama 2-3 menit sambil memanaskan minyak untuk menggoreng.
2) Goreng ayam sampai terendam dengan suhu sangat tinggi selama 30 detik, angkat, tiriskan dan sisihkan.
3) Sisakan kira2 1 sdt minyak goreng di wajan. Tumis bawang putih dan jahe selama beberapa detik, lalu tambahkan kecap asin, cuka beras, dan gula. Aduk rata. Masukkan ayam, cabe kering dan daun bawang. Tumis 3-4 menit.
4) Masukkan kacang goreng. Hidangkan segera.
Hasil: untuk 5 porsi nasi.

Kesimpulanku masakan china memang merefleksikan adat istiadat masyarakat di negeri Tiongkok sana, paling tidak di zaman dahulu kala, yang penuh kerja keras dan serba cepat. Karena China adalah negara 4 musim, bahan makanan segar tidak tersedia setiap saat. Bumbu2 berbentuk saus (rata-rata hasil fermentasi) disiapkan dalam jumlah banyak dan distok. Bahan2 utama dipotong2 dengan pisau daging yang besar menjadi potongan berukuran sama supaya bisa matang bersamaan. Untuk memasak dipakai kuali besi yang besar dan api besar. Waktu pematangan otomatis sebentar saja. Masakan dinikmati secara cepat supaya tidak keburu dingin. Karena kepraktisan dan citarasanya, tidak heran restoran masakan china tumbuh subur tidak saja di Asia tetapi juga di negara-negara barat.

Paiton, 19 November 2011

Membiakkan Mint di Halaman Sendiri

Bakul kue mana sih nggak nggak kenal daun mint. Daun ini kerap dipakai sebagai garnish alias hiasan untuk cheese cake atau cake dengan topping buah-buahan. Dalam dunia kuliner, mint digunakan secara luas untuk memberi citarasa peppermint pada teh, simple syrup, jelly, permen, puding dan lain-lain.
Daun Mint
Buat yang belum pernah menciumnya, daun mint ini baunya seperti odol. Segerrr dan semriwing. Paling suka mencium daun mint yang baru pertama kali dipetik. Cuman daun mint ini nggak tahan lama. Dalam kulkas (cooler, bukan freezer) daun mint hanya bisa bertahan selama 3 hari setelah itu dia akan layu dan membusuk.

Dulu aku biasa membeli daun mint di supermarket. Harga satu ikat kecil antara Rp 5 sampai 8rb tergantung beratnya. Sebetulnya cukup murah tapi berhubung pakenya cuman seuprit, belanja daun mint ini terasa pemborosan :(  Kadang aku ngerayu petugas timbangannya supaya boleh beli 1/2 ikat. Kadang boleh, tapi lebih seringnya orangnya nggak mau.
Daun Mint
Dulu banget kami sekeluarga pernah menginap di sebuah hotel di kawasan Gunung Bromno, namanya Yoschi. Di kebunnya tumbuh banyak banget tanaman mint. Udara Bromo yang dingin jadi makin nyaman karena aroma dari si daun mint ini. Nah, sampai beberapa minggu yang lalu aku punya cita2 untuk suatu hari balik ke sana untuk beli bibit tanaman mint. Kebayang pasti enak banget kalo halaman rumah dipenuhi oleh tanaman ini.

Tak dinyana tak diduga, salah satu NCCer di Pekanbaru, Lukie, sharing kalau sejatinya daun mint ini mudaahhh banget tumbuhnya. Bahkan nggak butuh akar. Lho kok? Iya, karena ternyata mint ini berkembang biak dengan rhizoma. Mirip dengan cara berkembang biaknya mpon-mpon.

Daun Mint
Tanaman mint diberi peneduh agar tidak layu
Untuk membuktikannya, aku membeli seikat daun mint di Giant. Sudah disiangi, jadi tidak ada akarnya. Aku potong2 sekitar 15 cm lalu aku tancapkan di tanah gembur dalam pot-pot berbahan plastik. Dalam waktu beberapa hari 50% tanaman mint ini mengering dan menghitam, yang 50% lagi agak layu tapi tidak mati.

Beli satu ikat lagi untuk pengganti, kali ini oleh hubby diberi "pemecah sinar" dari ranting2 pohon. Sejatinya memang mint ini senang berkembang biak di tanah lembab tapi jika sudah keluar akarnya, mint bisa tumbuh di tempat yang panas. Sepertinya kali ini trik dari hubby berhasil karena dari batangnya tumbuh daun2 super mini. Lama-kelamaan batang mint yang kelihatan lemas mulai tegak dan tambah tinggi. Yippyyy!

Nahhhh..... kalau sudah tambah tinggi, mulailah tanaman mint ini kelihatan tidak rapi. Masalahnya memang batangnya tidak berkayu, jadi setelah mencapai ketinggian 20 cm batangnya mulai melengkung ke bawah mencari tanah. Idealnya batang2 ini ditimbun dengan tanah supaya tumbuh akar lagi tapi potku terlalu kecil. Ya nggak papa lah, yang penting ada dulu. Nanti dipikirkan lagi cara memperbanyak tanaman mint ini tanpa mengorbankan kerapian taman.  Maunya sih di bawah pohon2 besar diletakkan polybad berisi tanaman mint hasil biakan.

Mimpi nggak ya, secara aku ini malas kalau berlama2 di kebun :pp
Daun Mint

Paiton, 19 November 2011

Wednesday, November 16, 2011

Black Forest Kejutan

Yang pesan black forest ini menghubungi Dapur Solia satu minggu menjelang tanggal pengiriman. Dari Surabaya untuk Probolinggo. Karena waktunya cukup longgar, mengerjakannya pun jadi menyenangkan sekali.

Black Forest with Fruit Topping

Cake selesai dibuat pukul 6 pagi. Requestnya: nyampe ke yang ultah sebelum pukul 9 pagi. Beres!
Black Forest with Fruit Topping

Terima kasih banyak untuk orderannya, semoga puas dan bisa jadi langganan.

Mau pesan yang seperti ini? Kirim email ke dapur.solia@gmail.com.

Paiton 17 November 2011

Monday, November 14, 2011

Puding Kuah Bir Pletok Penuh Kenikmatan

Hiyaaaa. Ini judulnya apaan sih. Ngggak, nggakk. Ini nggak ada alkoholnya, tenang sodara-sodara.

Gara-gara cuaca mendung melulu jadi pengen minum yang hangat2. Kebetulan Widya Hidayat nge-tag resep Primarasa yang judulnya Puding Susu Kedelai. Kayaknya enak nih, mirip dengan tahua/ tahwa tapi versi elit karena pake taburan kacang almond. Tapinya eh, kok juga pengen nyoba bikin bir pletok ya, karena keingetan bir pletoknya Rumah Makan Tempo Doeloe. Akhirnya dibikinlah versi hibrid dari kedua resep di atas. Atau malah mirip ronde minus bola2 kacangnya ya?

Sudah kebayang enaknya nyruput wedang jahe hangat di cuaca mendung sambil latihan bareng FM di rumahnya Inna. Lha cuaca di Surabaya kok bikin hati dongkol sodaraaa. Bukannya mendung tapi panas terik yang kudapat olalaa. Untunglah potluck-ku ini laku juga. Pssst, ini manjur untuk menangkal nyeri tenggorokan kalau mau kena flu lho. Jadi setelah sruput es sana-sini, tutuplah dengan secangkir puding kuah bir pletok yang penuh kenikmatan ini (halah).

Yang aku foto di bawah ini cuman bir pletoknya doang ya. Ke mana puding sutranya? Itu dia. Keburu habis sebelum difoto, maapkeun ya. (st)

PUDING KUAH BIR PLETOK
Resep: Widya Hidayat, Primarasa, eresep.com
Modifikasi: Shirley Theresia
Bahan-bahan:
- Puding Sutra
1 pak (=7 gram) Agar-agar putih
1000 ml Susu cair (aku pake Ultra, boleh diganti susu kedelai)
1000 ml Air putih (kalau mau lebih kenyal boleh dikurangi menjadi 800 ml)
150 gram Gula pasir 

- Bir Pletok
4200 ml Air (sengaja pakai banyak air karena akan direbus lama)
400 gram Jahe, bersihkan, bakar, geprak / memarkan
12 cm Kayu manis utuh (bisa diganti dengan kayu manis bubuk)
6 batang Serai, bersihkan, sisakan bagian yang putih, digeprak
15 butir Cengkeh utuh
15 gram Serutan kayu secang / Caesalpinia sappan (aku skip, nggak nemu)
15 lembar Daun Jeruk, buang tulang daunnya
9 lembar Daun Pandan wangi, cuci lalu ikat
3/4 - 1 butir Pala, memarkan
450-500 ml Gula merah cair (dibuat dari 500 gram gula merah, dikukur, dicampur air, dijerang hingga larut, saring)
25 gram Gula putih

- Taburan
50 gram Kacang tanah, panggang / sangrai sebentar, cincang
50 gram Kacang mente, panggang / sangrai sebentar, cincang
* mau ditambahi kacang2an lain silakan aja, sesuai selera

Cara Membuat:
- Puding Sutra
Campur semua bahan, jerang di atas api hingga mendidih sambil terus diaduk2 supaya tidak gosong, cetak di cetakan agar2 (aku pake rantang biasa). Biarkan dingin,lalu masukkan kulkas supaya lebih keras. 

- Bir Pletok
1) Siapkan panci besi besar, didihkan air
2) Kecilkan api, masukkan semua rempah2 dan gula merah
3) Biarkan mendidih dan air agak menyusut, masukkan gula putih sesuai selera
4) Cicipi apakah manisnya sudah pas. Matikan api.
5) Saring, tempatkan dalam wadah yang bersih dan tertutup.

Cara Menyajikan:
- Puding sutra: kerok melebar seperti degan, susun di mangkok / gelas
- Bir pletok: biarkan supaya suhunya dari panas menjadi hangat, tuang ke mangkok
- Sajikan dengan taburan kacang + mente cincang

Tips:
- Supaya kacangnya tidak mudah gosong, memanggangnya bisa pake cara ini. Panaskan oven sampai suhu 200 °C, setelah suhu stabil, matikan oven. Masukkan loyang berisi kacang (satu loyang untuk satu macam kacang). Biarkan sampai dingin. Keluarkan lalu cincang.
- Bir pletok enaknya disajikan tanpa letek (=ampas). Jika hanya menggunakan rempah2 yang digeprak, bisa digunakan saringan teh. Kalau sampai banyak ampas, gunakan saringan dari kain.

Hasil: 25 cangkir

Wednesday, November 9, 2011

Simple Wedding Cake

Tangal 7 September 2011 salah satu kenalan hubby melangsungkan pernikahan. Di Paiton dan sekitarnya, ada tradisi bagi kerabat-tetangga-teman dekat untuk menyumbang tenaga dan makanan untuk menyukseskan sebuah hajatan. Aku menawarkan diri ke hubby untuk menyumbang sebuah wedding cake sederhana.

Sengaja kami tidak memberitahu yang bersangkutan, siapa tahu di saat terakhir aku harus tugas keluar kota atau hasil dekorku kurang oke. Namun aku tidak bisa sepenuhnya mengandalkan imajinasi sendiri karena ada kemungkinan warna cake atau bentuk topper tidak cocok dengan acaranya. Tentu malu rasanya jika aku membuat topper jas dan ternyata yang menikah menggunakan blangkon. Akhirnya hubby cari-cari informasi dari kakak si calon pengantin.

Proses mendekornya sendiri tidak terlalu rumit. Cake dua tingkat, bawah dari cake betulan dan tingkat dua menggunakan dummy. Cover full fondant. Aku menggunakan veiner made in China yang murah meriah untuk mencetak hiasan daun. Hasilnya tidak sesempurna jika menggunakan barang branded tapi cukup lumayan, urat2 daunnya terlihat jelas. Topper aku bikin sendiri dari rolled fondant.

Simple Wedding Cake

Ketika mendekor aku baru ingat kalau kami tidak tahu nama mempelai perempuan. Maklum zaman sekarang undangan lisan pun oke saja. Karena sudah mepet, akhirnya aku putuskan untuk menulis nama mempelai pria "& Ny" (= dan nyonya). Satu masalah selesai :)

Saat delivery hubby harus melakukan sendiri karena aku harus berangkat kerja. Untunglah cake ini kokoh sehingga kami tenang saja meskipun hubby harus menyetir sendirian tanpa ada yang memegangi. Untuk masalah delivery ini aku terinspirasi oleh Yuli Kue Rumahan yang selalu mengguncang2 cake bikinannya sebelum pengiriman untuk memastikan cakenya tidak mudah geser dan rusak (soal packaging ini Yuli jago banget, sampai2 untuk mengeluarkan majalah Wilton -- yang aku beli darinya -- dari bungkusnya saja aku harus susah payah, soalnya plakbannya dobel2 banyak).

Acara pernikahan dilangsungkan secara sederhana namun hikmat. Hubby yang membawa kamera berkesempatan untuk membuat beberapa jepretan. Buah tangan kami diterima dengan sangat baik dan langsung diikutkan dalam arak2an rombongan mempelai pria, diletakkan di dekat meja ijab kabul dan bahkan ikut masuk ke kamar pengantin. Kuatir kalau mempelai salah sangka, hubby beberapa kali mengingatkan kalau cakenya bisa dimakan, bukan hiasan. Kalau dipajang2 lama lalu busuk tentunya sayang.
Simple Wedding Cake
Untuk Mas Didin sekeluarga, semoga langgeng dengan mbakyu, beroleh kebahagiaan dalam keluarga, dimudahkan jalan rezekinya, aminnnn.

Selamat menempuh hidup baru.

Paiton, 9 November 2011

Sunday, November 6, 2011

Who Doesn't Love Pizza?

The expression of this boy made me laugh. Hard. And honored at the same time (since he was holding Dapur Solia mini pizza).
Mbak Dian Eka, salam buat sang jagoan yaaa.

Paiton, 6 April 2011

Saturday, November 5, 2011

Halal Bihalal Foodmonster ~ 24 September 2011

Ini event dua bulan yang lalu tetapi baru saat ini aku bisa mengunggah fotonya. Para moderator ("mods") milis Foodmonster yang aku ikuti mengumumkan diadakan acara halal bihalal setelah lebaran. Tempatnya di Kiky Baking Institute di Jalan Kertajaya (sekarang sudah beralih nama menjadi kafe ayam goreng crispy). Ketika aku pertama masuk lokasi, aku cukup terkejut. Tempatnya nyempil, tapi fasilitas kelas bakingnya lengkap, tidak kalah dengan toko-toko bahan kue ternama yang pernah aku datangi.

Yang pertama datang adalah Mbak Nana yang langsung menyalami dan memberiku cipika cipiki. Berhubung kado yang aku beli untuk acara tukar kado terangkut balik ke Paiton, setelah meletakkan potluck aku bergegas keluar mencari toko terdekat. Untunglah lokasi acara ternyata dekat sekali dengan Resto Mart.

Urusan kado beres, aku berbaur dengan teman2 FM. Sebagian besar sudah kukenal dan sebagian kecil baru pertama kali kutemui face-to-face. Karena untuk kali ini tidak ada latbar, Lia langsung menyarankan kami untuk mencicipi potluck yang dibawa. Wah, variannya banyak dan enak2.
Halal Bihalal Foodmonster ~ 24 September 2011

Dari semua kudapan manis itu, ada satu yang menarik perhatianku: puding mangga. Setelah kucicipi, rasanya juga enakkk. Potongan mangganya besar dan manis. Puding ini dibawa oleh Vivi Liong (btw, happy birthday Vi) dan dibuat oleh Hanna. Sayang hari itu Hanna sedang kurang fit dan tidak bisa hadir.

Menu makan besarnya tidak kurang menariknya. Saking banyaknya, tidak semua muat di perutku. Padahal makannya sudah dikit-dikit :)
Ada satu menu yang menjadi buah bibir hari itu: asem-asem iga dengan daun kedondong bawaan Mbak Ceyza. Iga yang berlemak dinetralisir dengan daun kedondong dan kuah yang kecut-kecut segar. Bikin lupa diet :p  Ohya, Mbak Ipoet juga bawa bebek goreng yang enak banget.

Acara demo diberikan oleh tim dari Signora. Menunya angsio ceker, bolu gulung dan bolu kukus. Ada 3 pendemo yang tidak aku catat namanya.
Halal Bihalal Foodmonster - 24 September 2011

Yang menjadi bintang tentu saja si chef muda :D
Halal Bihalal Foodmonster ~ 24 September 2011

Lihat reaksi para penggemar barunya.
Halal Bihalal Foodmonster ~ 24 September 2011

Di bagian akhir acara, ada pemilihan foodmonster dengan busana terbaik. Pemenangnya adalah Mbak Ipoet. Tidak cuma busananya yang cantik, rambutnya pun ditata rapi.
Halal Bihalal Foodmonster ~ 24 September 2011

Setelah acara formal selesai, seluruh peserta bersalam2an untuk saling memaafkan, berfoto2 bersama, saling bertukar cerita dan .... mengintip chef Kiky (pemilik tempat) yang sedang asyik bekerja di studionya. Semoga tidak bikin kerjanya terganggu ya, Chef. 
Halal Bihalal Foodmonster ~ 24 September 
2011

Chef pemilik tempat ini rupanya dekorator kawakan juga meskipun aku yakin usianya masih muda. Lihat saja sertifikat dan tandatangan Debbie Brown ini. Huaaahhhh ... bikin iri.
Halal Bihalal Foodmonster ~ 24 September 
2011
Untuk para Mods dan Mons, terima kasih untuk kebersamaannya ya. Sampai jumpa di latbar / pertemuan2 berikutnya.

Paiton, 5 November 2011

Angry Birds Cake for Aaron Matthew

Cake ini dipesan oleh teman sesama orang tua murid. Mintanya cheddar cheese cake, cover buttercream, plus mainan dari fondant. Temanya permainan yang sedang "in": Angry Birds.

Tidak ada kesulitan yang berarti ketika membuat cake ini. Hanya saja tekstur cheese cake yang sangat lembut bikin aku deg-degan. Pas pengiriman aja hubby komentar: mainannya kayak goyang-goyang. Haduuhhhh. Padahal mainannya berbentuk simpel bulat2 dan langsung menempel ke permukaan cake. Nggak kebayang kalo ditambahi palang2 kayu seperti rencanaku semula.
Angry Birds Cake

Setelah delivery dilakukan, temanku kirim pesan: lilinnya mana ya? Lah! Ketinggalan toh. Jadi nggak enak abis. Untunglah teman ini baik banget, dia malah berangkat sendiri ke supermarket beli lilin dan tambahan aksesoris aneka balon plastik.

Ini ekspresi si kecil waktu difoto. Catatan: dijepret oleh sang mama. Lucu deh lihat kakak adik kompakan begini.

Komentar yang pesan: cheese cakenya enakkk. Senang baca komennya. Makasih ya. Semoga jadi langganan.

Happy 4th Birthday, Aaron ...

Paiton, 5 November 2011

Thursday, November 3, 2011

Fuyunghai / Fu Yong Kepiting

Trial resep yang ini menurutku kurang begitu berhasil. Bahan kepiting aku ganti rajungan kalengan, ternyata bikin fuyunghainya sedikit amis. Rebung aku ganti dengan jamur yang dicincang, bikin sensasi kres-kresnya lenyap. Gorengan telurnya juga ketipisan, kurang gendut. Wah, masih banyak kurangnya nih, nggak seperti bayanganku semula.
Fuyunghai

Meskipun aku nggak terlalu doyan, ternyata orang rumah ada yang suka. Untuk yang mau mencoba, aku tuliskan resep aslinya saja ya. (st)

FU YONG KEPITING
Resep: Ibu Cherry Hadibroto
Fuyunghai

Bahan dadar:
1 ekor  Kepiting (± 700 gram, kukus, sisihkan dagingnya). Modif: 360 gram rajungan kalengan
100 gram  Rebung siap olah, potong bentuk korek api. Modif: jamur kancing diiris2 memanjang
3 siung  Bawang putih, haluskan
3 batang  Daun bawang, iris halus
4 butir  Teluh utuh kocok
1 sdm  Kecap asin
½ sdt  Merica bubuk
1 sdm  Tepung terigu

Bahan saus:
1 siung   Bawang putih dimemarkan
½ buah  Bawang bombay diiris tipis
50 gram  Kacang polong kalengan / beku
5 sdm  Saus tomat (aku pake Del Monte, kecutnya dapat tapi kurang merah)
½ sdt  Merica putih bubuk
¼ sdt  Garam
1 sdt  Gula pasir

Cara Membuat:
- Campur dan aduk rata bahan dadar. Buah dua buah dadar yang cukup tebal dengan api kecil agar bagian luar tidak hangus dan bagian dalamnya matang. Tata di piring saji, sisihkan.
- Panaskan 2 sdm minyak, tumis bawang putih sampai kuning dan harum. Masukkan bawang bombay, aduk sampai layu. Tuangi 250 ml air dan semua sisa bahan, aduk dan didihkan. Tuangkan 1 sdt tepung sagu / maizena yang dicairkan dengan 2 sdm air, aduk sampai mengental, angkat, siram ke atas dadar.

Paiton, 4 November 2011

Ayam Goreng Ngo Hiong

Ayam goreng adalah menu tetap di rumah. Sebetulnya yang suka itu aku, kemudian Naomi lama kelamaan ketularan. Hubby yang semula adalah penyuka ikan dan daging akhirnya pun terpengaruh.

Bumbu yang dipakai untuk ayam goreng ini bervariasi, tergantung kreativitas yang berada di belakang penggorengan. Ayam goreng bumbu ngo hiong atau five-spices sudah kukenal sejak masih tinggal di rumah orangtua. Nah, dalam rangka Chinese Food Week NCC, aku memutuskan untuk membuat ayam goreng bumbu ngo hiong ini. Hitung-hitung nostalgia masakan masa remaja.

Bikinnya super gampil dan hemat bumbu tapi butuh persiapan agak lama karena ayamnya diasinkan tidak dengan garam melainkan dengan kecap asin. Boleh pakai Kikkoman atau kecap asin lainnya sesuai selera keluarga. Kalau menggunakan ayam kampung, pakailah ayam kampung yang ukurannya agak kecil (kurang dari satu kilogram) supaya bisa matang sampai ke dalam tanpa perlu direbus.

Rasanya? Tidak perlu diragukan, enakkk sekali. (st)



AYAM GORENG BUMBU NGOHIONG
Resep: Ibu Cherry Hadibroto

Bahan-bahan:
1 ekor  Ayam negeri (aku pakai ayam kampung berat kurleb 8 ons, potong 8)
100 gram  Tepung sagu/ kanji (aku pakai tapioka cap pak tani)

Bumbu Perendam - campur rata:
3 sdm  Kecap asin (aku pakai Pearl River Bridge)
5 siung  Bawang putih, haluskan
1 sdt  Merica putih bubuk
1 sdt  Bumbu ngo hiong

Cara Membuat:
1) Balur bumbu perendam ke ayam sambil diremas-remas ke seluruh badan ayam. Biarkan semalaman di kulkas bawah (aku rendam selama 7 jam)
2) Gulingkan tiap potong ayam ke tepung sagu/ kanji. Tepuk2 supaya melekat dengan baik (catatan: jika suka boleh tambahkan sedikit garam halus dan/atau merica di tepungnya supaya tidak hambar)
3) Goreng dengan api kecil dalam minyak panas sedang yang cukup banyak. Balik-balik supaya bagian dalamnya matang merata dan permukaannya garing.

Paiton, 4 November 2011
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...