Saturday, November 19, 2011

Membiakkan Mint di Halaman Sendiri

Bakul kue mana sih nggak nggak kenal daun mint. Daun ini kerap dipakai sebagai garnish alias hiasan untuk cheese cake atau cake dengan topping buah-buahan. Dalam dunia kuliner, mint digunakan secara luas untuk memberi citarasa peppermint pada teh, simple syrup, jelly, permen, puding dan lain-lain.
Daun Mint
Buat yang belum pernah menciumnya, daun mint ini baunya seperti odol. Segerrr dan semriwing. Paling suka mencium daun mint yang baru pertama kali dipetik. Cuman daun mint ini nggak tahan lama. Dalam kulkas (cooler, bukan freezer) daun mint hanya bisa bertahan selama 3 hari setelah itu dia akan layu dan membusuk.

Dulu aku biasa membeli daun mint di supermarket. Harga satu ikat kecil antara Rp 5 sampai 8rb tergantung beratnya. Sebetulnya cukup murah tapi berhubung pakenya cuman seuprit, belanja daun mint ini terasa pemborosan :(  Kadang aku ngerayu petugas timbangannya supaya boleh beli 1/2 ikat. Kadang boleh, tapi lebih seringnya orangnya nggak mau.
Daun Mint
Dulu banget kami sekeluarga pernah menginap di sebuah hotel di kawasan Gunung Bromno, namanya Yoschi. Di kebunnya tumbuh banyak banget tanaman mint. Udara Bromo yang dingin jadi makin nyaman karena aroma dari si daun mint ini. Nah, sampai beberapa minggu yang lalu aku punya cita2 untuk suatu hari balik ke sana untuk beli bibit tanaman mint. Kebayang pasti enak banget kalo halaman rumah dipenuhi oleh tanaman ini.

Tak dinyana tak diduga, salah satu NCCer di Pekanbaru, Lukie, sharing kalau sejatinya daun mint ini mudaahhh banget tumbuhnya. Bahkan nggak butuh akar. Lho kok? Iya, karena ternyata mint ini berkembang biak dengan rhizoma. Mirip dengan cara berkembang biaknya mpon-mpon.

Daun Mint
Tanaman mint diberi peneduh agar tidak layu
Untuk membuktikannya, aku membeli seikat daun mint di Giant. Sudah disiangi, jadi tidak ada akarnya. Aku potong2 sekitar 15 cm lalu aku tancapkan di tanah gembur dalam pot-pot berbahan plastik. Dalam waktu beberapa hari 50% tanaman mint ini mengering dan menghitam, yang 50% lagi agak layu tapi tidak mati.

Beli satu ikat lagi untuk pengganti, kali ini oleh hubby diberi "pemecah sinar" dari ranting2 pohon. Sejatinya memang mint ini senang berkembang biak di tanah lembab tapi jika sudah keluar akarnya, mint bisa tumbuh di tempat yang panas. Sepertinya kali ini trik dari hubby berhasil karena dari batangnya tumbuh daun2 super mini. Lama-kelamaan batang mint yang kelihatan lemas mulai tegak dan tambah tinggi. Yippyyy!

Nahhhh..... kalau sudah tambah tinggi, mulailah tanaman mint ini kelihatan tidak rapi. Masalahnya memang batangnya tidak berkayu, jadi setelah mencapai ketinggian 20 cm batangnya mulai melengkung ke bawah mencari tanah. Idealnya batang2 ini ditimbun dengan tanah supaya tumbuh akar lagi tapi potku terlalu kecil. Ya nggak papa lah, yang penting ada dulu. Nanti dipikirkan lagi cara memperbanyak tanaman mint ini tanpa mengorbankan kerapian taman.  Maunya sih di bawah pohon2 besar diletakkan polybad berisi tanaman mint hasil biakan.

Mimpi nggak ya, secara aku ini malas kalau berlama2 di kebun :pp
Daun Mint

Paiton, 19 November 2011

2 comments:

Hanna said...

Wow..sukses ya, Shir? Mau coba juga ah...

Kalau di Superindo, seikat daun mint hanya Rp 2,000 tapi ya gitu, kadang ada kadang enggak

TFS ya, Shir...

Anonymous said...

wah ini tinggal ditancepin batangnya doang ya mbak? thx infonya :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...