Thursday, November 18, 2010

KBB # 20: Bangket Imlek (a.k.a. Chinese New Year Kuih Bangkit)


Seumur-umur aku nggak pernah tahu, makan apalagi bikin kuih bangkit (atau lebih sering disebut bangket di milis NCC). Makanya waktu Riana Ambarsari menyerukan ajakan Bangket Week terus terang jadi keder juga. Berhubung ini juga merupakan tantangan dari Klub Berani Baking, berarti sudah ada dua alasan mengapa proyek bikin bangket ini harus dijalankan. OK deh, just do it.

Nah, sekarang masalah resep. Setelah 20 hari Bangket Week berjalan, sudah banyaaaaak banget yang laporan bangket susu, bangket kacang dan bangket jahe. Singkat cerita aku pengen sesuatu yang lain nih. Setelah browsing, aku putuskan untuk mencoba resep bangket jadul dari situs Citrus and Candy. Kalau di situs itu, dikatakan bahwa kuih bangkit adalah kue kering tradisional yang biasa tersedia saat Imlek di Malaysia dan Singapura. Kukis ini banyak dirindukan oleh orang China-Malaysia yang merantau ke Amerika & Eropa karena sulit diperoleh di perantauan.

Dari resep aslinya, tepung tapioka (kanji) aku ganti dengan sagu. Step by step aku ikuti dengan teliti kecuali step untuk menyangrai tepung selama 1¼ jam. Soalnya dengan disangrai selama 30 menit aja pandannya sudah jadi kering sekali dan berubah warna jadi putih (entah karena klorofilnya rontok atau mengering atau ketutupan warna putihnya tepung). Step lain yang tidak aku ikuti adalah membiarkan tepung selama 2 hari (udah nggak sabar, pengen cepat tahu hasilnya gimana).

Ditilik dari adonan dan hasil panggangan, kayaknya semua sudah benar. Adonan gampang dipulung, nggak kemepyar. Sudah ada retak2nya dikit. Waktu panas-panas dites Naomi kelihatannya juga enak banget. Pas aku yang nyicipin, hmmmmm ... kok kurang lumer ya. Harus digoyang2 sedikit dengan lidah supaya hancur. Manis dan gurihnya sudah cukup pas. Hubby ngasih komentar kalau yang di Medan biasanya mudah lumer dan ada sensasi kelapa parut kering saat digigit. Hmmm, berarti masih perlu disempurnakan lagi. Mungkin tepungnya tetap pake kanji aja ya, nggak diganti sagu.

All in all, my first experience making these cookies was not as sensational as I thought. Perhaps I should try Nadrah Shahab and Daniar's recipes first before I make up my mind whether these cookies are my kind of cookies. (st)

KUIH BANGKIT
:: Sumber: Citrus and Candy, dimodifikasi oleh Shirley ::

Bahan2:
550 gram  Tepung tapioka, disangrai-- aku ganti dengan sagu
(setelah disangrai ambil 420 gram untuk adonan, sisanya untuk menaburi cetakan supaya nggak lengket)
8 lembar  Daun pandan, potong jadi 3 bagian
2 buah  Kuning telor (kalo ditimbang sekitar 40 gram)
170 gram  Gula halus
140 - 160 ml  Santan (disesuaikan kekeringan tepung)
1/8 sdt  Garam
Pewarna merah & tusuk gigi untuk menghias

Cara Membuat:
1) Sangrai tepung bersama dengan potongan2 daun pandan dalam wajan selama 75 menit menggunakan api kecil, hingga tepung menjadi sangat ringan, tepung sedikit menguning dan daun pandan menjadi crispy. Dinginkan.


2) Alasi loyang pendek dengan kertas roti atau silpat. Panaskan oven di suhu 160 °C.
3) Kocok kuning telor hingga mengembang, masukkan gula halus dan tambahkan 70-80 ml santan. Kocok hingga rata.


4) Ayak tepung ke atas baskom bersih. Masukkan adonan telor & gula halus.

5) Secara bertahap, masukkan sisa santan, aduk dengan tangan sampai adonan menjadi homogen dan cukup kokoh untuk dicetak, tidak terlalu kering ataupun terlalu basah.

6) Beri sedikit tepung pada cetakan (bisa menggunakan kuas), ambil segumpal adonan, masukkan ke dalam cetakan dengan diberi tekanan secukupnya saja (jika terlalu padat, kukis akan menjadi keras, lengket dan susah dikeluarkan dari cetakan). Dengan bantuan sebuah pisau, buang kelebihan adonan. Ketukkan cetakan ke atas loyang sehingga adonan terlepas. Rapikan. Ulangi sampai semua adonan habis.

Catatan: jika takut adonan menjadi terlalu kering, tutupi dengan serbet bersih yang sudah dilembabkan dengan sedikit air.

8) Panggang selama ± 25 menit (bergantung ketebalan kukis). Dinginkan di rak kawat. Setelah dingin, beri sedikit pewarna merah untuk hiasan.  Simpan dalam toples yang tertutup rapat.




Catatan dari penulis resepnya (diterjemahkan bebas):
1) Jika tidak punya cetakan khusus untuk bangket, gilas adonan setebal 1 hingga 1,5 cm lalu cetak dengan cookies cutter. Semakin tebal, waktu panggang semakin lama.
2) Sisakan sedikit santan dan tambahkan ketika adonan menjadi kering (saya menyisakan 10 ml untuk batch yang terakhir, selain juga dengan menutupkan serbet lembab di atas adonan).
3) Jangan mengurangi waktu sangrai supaya rasa "mentah" dari tepung benar2 hilang (oops, me bad!)
4) Beda oven beda perilaku. Gauli oven Anda. Tes kukis dengan menggigitnya. Kalo belum matang, lanjutkan memanggang sebentar, lalu cek lagi. Bagian dalamnya harus matang benar tanpa ada bagian yang masih empuk (adonan yang belum matang).


Update per 19 November 2010:
Ahhh, ternyata laporanku diterima oleh para host KBB # 20 yang ceria. Di bawah ini tanda lulusnya. Terima kasih banyak yaaaa.


Paiton, 18 November 2010

2 comments:

Monica Adriana said...

hai mbak shirley, salam kenal ya..
welcome to KBB, semoga bs terus baking brg kita2 ya mbak.. hihi.
anyway, bangketnya cantik pake titik2 merahnya. jd centil dan pengen banget dicomot. :)

Amy said...

Hai Mbak.. top deh, telatennyaaaaa.... Bangketnya genit banget tuh di foto...;)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...